Pendahuluan
Scabies adalah
penyakit kulit yang sering dijumpai pada ternak dii Indonesia dan cenderung sulit
disembuhkan. Penyakit ini
disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei yang ditandai dengan gejala
klinis gatal pada kulit. Parasit S. scabiei adalah ektoparasit yang
menyerang hewan terutama pada bagian kulit yang dapat menurunkan produksi
daging, kualitas kulit, dan mengganggu kesehatan masyarakat (ISKANDAR, 1982.,
SARDJONO et al., 1998).
Semua hewan ternak dapat terserang penyakit ini pada seluruh
tubuh, namun predileksi serangan scabies pada tiap-tiap hewan berbeda-beda,
pada kerbau di punggung, paha, leher, muka, daun telinga. Pada kelinci
disekitar mata, hidung, jari kaki kemudian meluas ke seluruh tubuh. Penyakit
ini lebih banyak dijumpai pada kambing dibandingkan pada domba (MANURUNG et
al., 1990).
Penyakit scabies pada manusia dapat menimbulkan gejala
klinis gatal, oleh karena itu dapat menyebabkan kegelisahan pada penderita.
Penyakit ini banyak dijumpai di daerah tropis terutama di kalangan anak-anak
dari masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang tertutup atau berkelompok,
dengan tingkat sanitasi dan sosial ekonomi yang relatif rendah (SARDJONO et
al., 1998). Timbulnya penyakit ini disebabkan pola dan kebiasaan hidup yang
kurang bersih dan benar, salah satu faktor yang dominan yaitu, penyediaan air
yang kurang atau kehidupan bersama dengan kontak yang relatif erat (SUNGKAR,
1991)
PENYEBAB
Scabies, penyakit
kulit menular yang disebabkan oleh seekor tungau (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes scabei, filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia
oleh S. Scabei var homonis,
pada babi oleh S. scabie
var suis, pada kambing oleh S.
scabie var caprae, pada biri-biri oleh S. scabie var ovis. Tungau ini berbentuk
bundar dan mempunyai empat pasang kaki. Dua pasang kaki dibagian anterior
menonjol keluar melewati batas badan dan dua pasang kaki bagian posterior tidak
melewati batas badan. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum
corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur.
Sarcoptes scabie betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama
lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. (HARTADI, 1988).
lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. (HARTADI, 1988).
Keterangan : 1. Anus, 2. Telur, 3. Alat kelamin
Sumber : SUNGKAR, 1991
Gambar 2. Sarcoptes scabiei A. Betina tampak dorsal,
B. Jantan tampak ventral
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi
(perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang
masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina
yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan
2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup
sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar (FAUST dan RUSSEL, 1977).
Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai
2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Akibat terowongan yang
digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu,
penderita mengalami rasa gatal, akibatnya penderita menggaruk kulitnya sehingga
terjadi infeksi ektoparasit dan terbentuk kerak berwarna coklat keabuan yang
berbau anyir. Seluruh siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari (Andi,
Djuanda.1999).
Telur menetas
menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan
dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang
akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan
telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi.
GEJALA
Babi yang menderita scabies memperlihatkan kegatalan
ditandai dengan menggesekkan bagian
tubuh yang gatal ke dinding kandang, kulit menjadi tebal, kasar, dan kering.
Peradangan pada kulit dapat dilihat dengan adanya papula merah kecil dan eritema,
kulit ditutupi oleh lapisan keras keabuan dan membentuk lipatan besar, lesi
kulit pada bagian kepala terutama bagian telinga bisa ke ekor dan kaki akhirnya
ke seluruh tubuh. Babi muda yang terinfeksi scabies akan terhambat
pertumbuhannya (DIRJENAK dan JICA, 1999).
Kambing penderita scabies memperlihatkan gejala
gatal-gatal pada kulit, kemudian kulit akan melepuh terutama di daerah muka dan
punggung, akhirnya cepat meluas ke seluruh tubuh. Kambing yang terinfeksi
penyakit scabies menunjukkan gejala kekurusan, penurunan kualitas kulit, di
samping itu dapat menimbulkan kematian (MANURUNG et al., 1992).
Pada kerbau gejala klinis gatal dengan predileksi di
punggung, paha, leher, muka, daun telinga bisa sampai seluruh tubuh (Gambar 3).
Jika daerah muka terutama sudut mulut terserang maka akan terjadi kesulitan
dalam mengambil dan mengunyah pakan sehingga menjadi hewan kurus, sehingga
dapat menurunkan produksi daging. Scabies menyebabkan kualitas kulit menurun
dan menimbulkan kematian (ISKANDAR et al., 1982).
Pada manusia gejala klinis yang ditimbulkan adalah
gatal-gatal terutama pada malam hari (pruritis nokturna), yang
dapat mengganggu ketenangan tidur. Gatal-gatal ini disebabkan karena
sensitisasi terhadap ekskret dan sekret tungau pada bagian yang terinfeksi yang
didahului dengan timbulnya bintik-bintik merah
(rash). Tempat predileksi terutama terjadi pada lapisan kulit
yang tipis seperti jari tangan, pergelangan tangan bagian dalam, sikubagian
luar, lipatan ketiak depan, pusar, daerah pantat, alat kelamin bagian luar pada
laki-laki dan areola pada wanita. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki (KISWORO,1995). Pada tempat predileksi dapat ditemukan
terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1
cm, berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan ini ditemukan bila belum
terdapat infeksi sekunder, di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel atau
papula kecil (SUNGKAR, 1991).
Keterangan : A. Permukaan kulit, B. Terowongan pada lapisan tanduk, C. Telur, D. S. scabiei
Sumber : HOEDOJO, 1989
Gambar 1. Sarcoptes scabiei bunting membuat
terowongan dan
bertelur di kulit
DIAGNOSA
Dasar diagnosis scabies adalah gejala klinis, diagnosis
scabies dipertimbangkan bila terdapat riwayat gatal yang persisten dengan
gejala-gejala klinis seperti yang diuraikan di atas dan konfirmasi agen
penyebab tungau, larva, telur atau kotorannya dengan pemeriksaan mikroskopis
(SUNGKAR, 1991).
Ada 4 tanda cardinal
(Handoko, R, 2001) :
- Pruritus
nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
- Penyakit ini
menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun
mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita
ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus
atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan
papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule,
ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat
dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
- Menemukan tungau,
merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau lebih
stadium hidup tungau ini.
Terdapat beberapa bentuk scabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa
bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1991):
1. Scabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Scabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang
diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi
tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Scabies incognito sering
juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas
dan mirip penyakit lain.
3. Scabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus
coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup,
terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang
berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat
menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Scabies yang ditularkan melalui hewan. Di Amerika,
sumber utama scabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan scabies manusia
yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia
eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk
binatang kesayangannya yaitu paha,
perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Scabies Norwegia. Scabies Norwegia atau scabies
krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan
hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies
biasa, rasa gatal pada penderita scabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Scabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan scabies
biasa, rasa gatal pada penderita scabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Scabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Scabies pada bayi dan anak. Lesi scabies pada anak
dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan,
telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima
sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M,
2000).
7. Scabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita
penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).
penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur dapat menderita scabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium dilakukan untuk konfirmasi
diagnosis S. scabie dapat ditemukan didalam terowongan yang dibuat oleh
tungau tersebut. Kemudian diidentifikasi. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut : Mengeluarkan S. skabiei dengan ujung jarum atau
skalpel dari bagian terminal terowongan dan memeriksanya dibawah mikroskop
setelah lebih dulu dimasukan dalam tetesan KOH 10% yang ditempatkan diatas kaca
objek (BINTARI, 1979).
Membuat kerokan kulit di daerah sekitar papula, kemudian
dibuat sediaan di atas kaca objek dengan kaca tutup, selanjutnya diperiksa
dibawah mikroskop (Ovedoff, David. 2002).
Membuat tes tinta terowongan dengan cara menggosok papula
yang terdapat pada kulit menggunakan ujung pena yang mengandung tinta. Setelah
papula tertutup oleh tinta dan didiamkan selama 20 - 30 menit, tinta kemudian
diusap/dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes ini dinyatakan positif
bila tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa
garis-garis zig-zag (HOEDOJO, 1989).
PENGOBATAN
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus
diobati termasuk pasangan seksnya. Beberapa macam obat yang dapat dipakai pada
pengobatan scabies yaitu:
1. Permetrin. Merupakan obat pilihan untuk saat ini,
tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi
kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak
usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih
2. Malation. Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan
selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian
3. Emulsi Benzil-benzoat (20-25 %). Efektif terhadap
semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
4. Sulfur. Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara
umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada
bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam. pemakaian sabun sulfur
tidak boleh berlebihan karena membuat kulit menjadi kering
5. Monosulfiran. Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang
sebelum digunakan harus ditambah 2 – 3 bagian dari air dan digunakan selama 2 –
3 hari.
6. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan). Kadarnya 1 %
dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak
di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat.
Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian.
7. Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat
pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiscabies
dan antI gataL (http://www.medinfo.co.uk/condition/scabies.html)
Selain itu Pengobatan
scabies juga dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan air yang
telah dilarutkan bubuk DDT (Diclhoro Diphenyl Trichloroetan).
Pengobatan pada anjing
diberikan cairan asam benzoat atau menteteskan asam benzoat dibagian kemerahan
tersebut.Lakukan berulang atau setiap hari sampai terlihat kerak kemerahan
mengelupas dan kutu mati terangkat bersamaan kulit yang mengelupas. BerIkan
obat minum anti alergi agar anjing tidak terlalu menggaruk yang menjadikan luka
pada permukaan kulit.
Apabila sudah terlalu
parah berikan suntikan IVERMECTIN.0.2
ml/10 kg berat bdn. Ivermectine tidak dapat diberikan pada anjing collie Berikan
antibiotic cefat/sipro 25 mg /kg BB untuk penyembuhan luka yang terjadi infeksi
karna bakteri. Untuk memandikan anjing tersebut gunakan shampo yang mengandung
ketokonasol dicampur dengan shampoo Hidrocortison
Pengobatan scabies
harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang scabies agar tidak
tertular kembali penyakit scabies. Yang terpenting dalam pengobatan scabies,
adalah seluruh orang yang tinggal ditempat yang sama dengan penderita juga
harus diobati. Semua pakaian, handuk, bantal, kasur harus dijemur dibawah sinar
matahari. Tujuannya agar tungau mati karena sinar matahari. Pakaian dicuci
dengan menggunakan cairan karbol. Dan bila semua telah dilakukan, terpenting
adalah mengubah cara hidup sehari-hari dengan tidak saling meminjamkan pakaian
dan barang pribadi lainnya ke orang lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
Scabies masih merupakan penyakit yang sulit diberantas
terutama dalam lingkungan peternakan rakyat, karena obat yang mujarab seperti
ivermectine, asuntol, neguvon sulit didapat dan mahal. Pada manusia terutama
dalam lingkungan masyarakat pada hunian padat tertutup dengan pola kehidupan
sederhana, serta tingkat pendidikan dan pengetahuan yang masih rendah,
pengobatan dan pengendalian skabies sangat sulit.
Disarankan untuk
mencari obat alternatif yang praktis dan bisa
dijangkau oleh masyarakat bawah seperti campuran daun
delima dan jeruk nipis, campuran bawang merah
dan cuka, abu kulit buah labu, campuran daun ketepeng
dan minyak tanah, oli bekas dan salep belerang.
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Djuanda.1999.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.FK UI.
Yogyakarta
Anonimus. 2003. Penyakit Scabies dan pengobatannya
BINTARI, 1979. Dasar Prasitologi Klinis. PT.
Gramedia, Jakarta. hal. 535.
DIRJENAK dan JICA, 1999. Manual Standar Diagnostik Penyakit Hewan.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Japan International Cooperative Agency
(JICA).
FAUST, E.C. and P.F. RUSSEL. 1977. Craig
and Faust’s Clinical Parasitology. Lea & Febiger, Philadelphia . pp. 614-617.
HOEDOJO. 1989. Diagnosis Skabies dengan Tinta. Maj. Parasitol. Ind. 2(3&4):
91- 96.
HARTADI, S. 1988. Penyakit Zoonosis pada Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
FK UNDIP. Semarang. hal 8-23.
ISKANDAR, T. 1982. Invasi ulang scabies (Sarcoptes scabiei) pada
kerbau lumpur (Bos bubalus) dengan pengobatan salep asuntol 50 WP
konsentrasi 2% dan perubahan patologik kulit. Penyakit Hewan. 23: 21-
23.
MANURUNG, J. 1990. Prevalensi kutu, pinjal dan tungau pada kambing dan
domba di 4 Kabupaten di Jawa Timur. Seminar Parasitologi Nasional VI dan
Kongres Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit (P4I) V. Pandaan, Jawa Timur
23-25 Juni 1990.
SARDJONO, T.W. 1998. Faktor-faktor terhadap keberhasilan Penanggulangan scabies di Pondok
Pesantren. Maj.
Parasitol. Ind. ,
11:
33-42.
SUNGKAR, S. 1991. Cara pemeriksaan kerokan kulit untuk menegakkan diagnosis
scabies. Maj. Parasitol. Ind. 61-64.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar