Pyometra berasal dari bahasa latin yaitu “pyo”
yang artinya nanah dan “metra” kandungan, jadi pyometra adalah infeksi yang
disertai penimbunan nanah yang menyebar didalam uterus (Anonimous, 2007).
Menurut Ressang (1984), pyometra adalah penimbunan nanah dalam uterus yang
disebabkan oleh bakteri-bakteri yang secara normal berada dalam uterus namun
dalam keadaan tertentu menjadi pathogen akibat dari pengaruh hormonal yang
disebut dengan endometritis atau pyometra. Pyometra terjadi sebagai salah satu
konsekuensi dari perubahan hormonal yang mengakibatkan terjadi perubahan pada
lapisan uterus. Pada hewan pasca estrus progesteron meningkat selama 8-10
minggu dan menebalkan lapisan uterus untuk mempersiapkan lingkungan uterus yang
sesuai untuk kehidupan foetus. Jika kehamilan tidak terjadi karena beberapa
hal, lapisan tersebut akan terus menebal dalam bentuk nodul-nodul yang
mengeluarkan cairan kental sehingga menciptakan suasana lingkungan yang ideal
di dalam uterus untuk pertumbuhan
bakteri (Anonimous, 2004).
Penyebab
Kejadian pyometra sangat sering terjadi pada
anjing sesudah birahi, bila dari anamnesa diketahui anjing tidak pernah kawin
maka infeksi-infeksi sekunder dari mikroorganisme yang secara normal hidup
dalam uterus dianggap sebagai causa penyebab pyometra. Mikroorganisme ini
menyebabkan proses radang, kemungkinan pyometra juga terjadi karena anjing yang
estrus tidak terjadi konsepsi. Gangguan ini menghasilkan kadar estrogen dalam
darah anjing yang berlebihan (hyperestrogen), dalam keadaan ini hanya sedikit
leukosit yang menuju ke dalam mukosa vagina dan mungkin inilah yang menyebabkan
infeksi dalam uterus mudah terjadi. Nanah dan hasil sekresi dari
kelenjar-kelenjar uterina menimbun di dalam uterus karena kontraksi uterus
berkurang bahkan tidak terjadi. Hal ini diduga karena peningkatan hormon
progesteron yang mengganggu fungsi bagian posterior kelenjar pituitarian
(Anonimous, 2007; Ressang, 1984).
Secara
umum pyometra juga sering terjadi pada hewan betina yang tua, berupa pyometra
tertutup dan terbuka yang tergantung pada jumlah nanah yang terkandung didalam
uterus. Leleran nanah pada vagina yang berbau khas sangat jelas terlihat
gejalanya pada pyometra terbuka. Pyometra tertutup ditandai dengat tersumbatnya
cervik uterus, pada kasus ini tidak adanya presentasi leleran dari vagina sehingga indikasi dari
pyometra sangat sulit ditentukan (Foster dan Smith, 2007).
Menurut Anonimous (2004), Faktor predisposisi
terjadinya pyometra adalah pemakain obat-obatan yang berbasis progesteron, penggunaan
estrogen dapat juga meningkatkan progesteron. Obat dengan kandungan steroid
kedua hormon ini sering digunakan untuk memperlakukan kondisi-kondisi tertentu
untuk tujuan reproduktif.
Cervik uterus merupakan pintu masuknya
mikroorganisme ke dalam uterus yang selamanya tertutup, kecuali pada saat
estrus. Bakteri yang normalnya ditemukan didalam vagina dapat masuk dengan
mudah pada saat terjadi estrus, jika kondisi uterus normal bakteri yang masuk
tidak akan bisa bertahan hidup, jika kondisi dalam uterus tidak normal akibat
adanya cystik kondisi didalam uterus merupakan tempat yang sempurna untuk
perkembangan bakteri. Pyometra sering terjadi sekitar 1-2 bulan pasca estrus,
pyometra bisa saja terjadi pada hewan muda dan hewan dewasa, bagaimanapun juga
pyometra sangat sering terjadi pada hewan yang berumur tua akibat dari estrus
yang tidak disertai dengan kehamilan, akibatnya perubahan lingkungan uterus
yang tidak sesuai dan ini merupakan salah satu predisposisi untuk pyometra.
Gejala
Klinis
Gejala klinis dari pyometra sangat tergatung
pada kondisi cervik uterus yang bersifat terbuka atau tertutup, jika bersifat
terbuka nanah dari uterus akan terlihat keluar melalui vagina dan bulu dibawah
ekor terlihat kotor. Demam, lesu, anoreksia dan stress dapat muncul pada hewan
menderita pyometra. Jika cervik uterus tertutup, maka nanah yang terbentuk
didalam uterus tidak mampu mengalir keluar melalui vagina sehingga nanah akan
terakumulasi didalam uterus dan dapat menyebabkan bengkak/penggelembungan pada
daerah abdomen. Bakteri-bakteri yang terdapat didalam uterus akan melepaskan
toksin-toksin yang akan diserap dan dibawah melalui sirkulasi darah ke seluruh
tubuh dan biasanya dapat berakhir dengan kematian. Patogenesa penyakit ini pada
hewan betina yang mengalami pyometra tertutup berlangsung sangat akut, hewan
akan memperlihatkan gejala anoreksia, sangat lesu, depresi, muntah atau sering
terjadinya diare (Kirana, 2007; Reese, 2007; Dawson, 2006).
Gambar: Pyometra Terbuka dan Tertutup
Diagnosa
Hasil
dianogsa dapat diperjelas jika terjadi pemucatan pada vagina atau membesarnya
daerah abdomen dan keluarnya nanah melalui vagina pada pyometra tertutup,
pemeriksaan darah biasanya akan memperlihatkan gambaran sel darah putih yang
sangat meningkat, kerusakan ginjal dapat juga terjadi akibat dari toksin-toksin
dari bakteri, bagaimanapun juga semua kelainan ini umum terjadi pada kejadian
infeksi oleh bakteri. Dignosa dengan x-ray dapat dilakukan untuk memastikan
penyebab pembengkakan daerah abdomen dan uterus.
Gambar : Diagnosa
Pyometra melalui Foto Rongent.
Penanganan
Ada beberapa tindakan yang tidak populer pada
penanganan pyometra yaitu dengan penyuntikan prostaglandin, oxytosin dengan
tujuan untuk membuat kontraksi pada servik uterus sehingga nanah dan bakteri dapat
dikeluarkan, tindakan ini tidak selamanya berhasil dan memiliki batasan-batasan
yang penting. Hormon-hormon ini dapat menyebabkan efek samping dan kegelisahan,
suara terengah, muntah, deficasi, salivasi, dan nyeri abdomen. Efek samping
terjadi sekitar 15 menit pasca penyuntikan dan bertahan dalam beberapa jam,
efek ini dapat dikurangi dengan cara memperlakukan mereka dengan lembut dan
mengajak jalan-jalan selama 30 menit setiap dilakukan suntikan yang bertujuan
mengurangi stres. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyuntikan
preperat steroid ini adalah dosis pemberiannya, karena ini berhubungan dengan
kontraksi uterus, ruptur uterus dapat terjadi jika kontraksi berlebihan akibat
dosis steroid yang berlebihan. Jika ini terjadi menyebabkan tertumpahnya nanah
ke dalam rongga abdomen, ini sering terjadi pada kasus pyometra tertutup
(Anonimous, 2007).
Gambar : Penanganan
pyometra melalui operasi panhisterektomi
Perawatan terbaik dapat dilakukan secara
pembedahan, yaitu dengan mengangkat uterus dan ovarium, tindakan ini disebut
dengan Ovariohyterectomy / Panhisterectomy (spey), hewan penderita pyometra biasanya memerlukan tindakan fluid
therapy setiap kali mereka sakit, pemberian antibiotik selama 1-2 minggu sangat
penting dilakukan (Kirana, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar