Latar
Belakang
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan.
Testosteron adalah hormon kelamin jantan. Hormon ini mempengaruhi banyak
pola-pola perilaku pada hewan jantan. Salah satu perilaku yang banyak
dipengaruhi hormon testosteron adalah perilaku agresi. Setelah kastrasi/neuter,
perilaku ini cenderung berkurang banyak (Anonimous,2007) .
Sebenarnya istilah kastrasi/neuter berarti umum, dapat
digunakan pada hewan jantan dan betina. Namun dalam penggunaannya,
kastrasi/neuter lebih sering merujuk pada hewan jantan. Didunia kedokteran
istilah kastrasi juga sering disebut Orchidektomi yang merupakan sebuah
prosedur operasi atau bedah dengan tujuan membuang testis hewan.
Kastrasi/neuter ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar
(terbius umum) (Anonimous,2008).
Hewan yang akan kastrasi/neuter harus dalam keadaan
sehat. Sebagian besar
hewan kastrasi/neuter ketika berumur sekitar 5-8 bulan. Para ahli perilaku
hewan menyarankan mengkastrasi hewan sebelum memasuki masa puber, karena dapat
mencegah munculnya sifat atau perilaku hewan yang tidak dinginkan.
Kebiri/kastrasi juga bisa dilakukan pada hewan-hewan yang lebih tua. Tergantung
umur hewan, beberapa tes seperti X-ray, tes darah & urin bisa dilakukan
untuk memastikan seekor hewan layak dioperasi atau tidak (Anonimous,2008).
Banyak keuntungan dari tindakan mengkebiri/mengkastrasi
hewan jantan lebih awal (sebelum masa puber). Resikonya timbulnya berbagai
penyakit yang berhubungan dengan hormon testosteron yang dihasilkan testis
dapat diperkecil dengan tindakan kebiri/kastrasi.
Salah satu keuntungan mengkebiri/mengkastrasi hewan
adalah mencegah kelahiran anak hewan yang tidak diinginkan. Selain menjaga
populasi hewan tetap terkendalikan, tindakan ini juga memungkinkan pemilik
hewan bisa merawat hewan-hewannya dengan maksimal (Anonimous,2008).
Anatomi
Testis
Testis
adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan, yang dibungkus dengan skrotum. Pada
mamalia, testis terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan tubulus spermatikus
dan terletak di dalam skrotum.
Selama
masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukuran testis
bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan
intersisial, dan produksi cairan dari sel Sertoli.
Pada umumnya, kedua testis tidak sama besar. Dapat saja salh satu terletak lebih rendah dari yang
lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur anatomis pembuluh darah pada
testis kiri dan kanan.
Testis
berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin, Fungsi testis yaitu:
1. memproduksi
sperma (spermatozoa)
2. memproduksi
hormon seks pria seperti testosteron.
Kerja
testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian
anterior:
1. luteinizing
hormone (LH)
2. follicle-stimulating
hormone (FSH)
Struktur Testis
Testis dibungkus
oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat
banyak saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh
lapisan sel sperma yang sudah atau tengah berkembang.
Spermatozoa (sel
benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan bergerak dari tubulus menuju
rete testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan seksual,
spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani) akan dikeluarkan ke luar
tubuh melalui vas deferen dan akhirnya, penis. Di antara tubulus seminiferus
terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig. Sel Leydig memproduksi
hormon testosterone (Anonimous,2008)
ETIOLOGI
Kastrasi
adalah membuang organ testis yang merupakan penghasil spermatozoa melalui
proses bedah/operasi yang bersifat permanen. Kastrasi dilakukan karena beberapa
hal yaitu:
1.
Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat
Tumor
dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang
sekali terjadi. Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon
testosteron yang dihasilkan oleh testis. Tindakan kastrasi menyebabkan hewan
tidak lagi menghasilkan hormon tersebut, sehingga resiko tumor dan gangguan
pada prostat dapat dikurangi.
2. Epididimitis
Yaitu
suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis.
3. Torsio
Testis
Torsio
testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya
gangguan aliran darah pada testis.
4. Trauma
Testis
Merupakan
trauma atu benturan oleh benda tajam atau tumpul yang menimbulkan pembengkakan
pada skrotum disertai hematom pada skrotum dan intratestikular dan berbagai
macam derajat ekimosis pada dinding skrotum.
5. Mengontrol
populasi dari hewan dan mencegah penularan penyakit rabies.
6. Keinginan
dari pemilik
Biasanya
untuk hewan peliharaan seperti kambing kastrasi dilakukan untuk mendukung
proses penggemukan (Anonimous,2008).
Keuntungan dan Kerugian kastrasi
1.
Keuntungan
dari kastrasi
Banyak
keuntungan dari tindakan mengkebiri hewan jantan lebih awal (sebelum masa
puber). Resikonya timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan hormon
testosteron yang dihasilkan testis dapat diperkecil dengan tindakan kastrasi.
Keuntungan yang lain adalah:
a.
Spraying/Urine marking
Spraying/urine
marking adalah salah satu perilaku alami hewan jantan yang tidak di kastrasi.
Sebagian besar perilaku ini hilang setelah hewan di kastrasi.
b.
Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat
Tumor
dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang
sekali terjadi. Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon
testosteron yang dihasilkan oleh testis. Tindakan kebiri menyebabkan
hewan tidak lagi menghasilkan hormon tersebut, sehingga resiko tumor dan
gangguan pada prostat dapat dikurangi.
c.
Peningkatan Genetik
Beberapa
hewan dikastrasi karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan hewan-hewan
cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah hewan-hewan
cacat dapat dikurangi.
d.
Tidak Suka Berkeliaran
Kucing
betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui
udara. Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat
mengetahui dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini,
lalu kemudian mencari dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh.
Kucing jantan yang telah dikebiri cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini
dan lebih suka diam di dalam rumah.
e.
Kurang Agresif Terhadap Hewan Lain.
Testosteron adalah hormon kelamin jantan. Hormon ini
mempengaruhi banyak pola-pola perilaku pada hewan jantan. Salah satu perilaku
yang banyak dipengaruhi hormon testosteron adalah perilaku agresi. Setelah
kastrasi, perilaku ini cenderung berkurang banyak.
f.
Mencegah Kelahiran Anak Hewan Yang Tidak Diinginkan
Salah
satu keuntungan mengkastrasi hewan adalah mencegah kelahiran anak hewan yang
tidak diinginkan. Selain menjaga populasi hewan tetap terkendalikan, tindakan
ini juga memungkinkan pemilik hewan bisa merawat hewan-hewannya dengan
maksimal.
2.
Kerugian
Kastrasi
a.
Obesitas/kegemukan
Perubahan
metabolisme hormon setelah kastrasi menyebabkan hewan tidak lagi agresif
dan lebih suka diam/tidur. Akibat yang sering terjadi setelah kastrasi adalah
kegendutan/obesitas. Masalah ini bisa dicegah dengan mengontrol diet dan sering
mengajak hewan bermain.
b.
Feline Urinary Syndrome (FUS)
FUS adalah
kumpulan berbagai gejala penyakit pada kucing berupa gangguan proses
kencing/urinasi pada kucing. Beberapa penelitian di AS menyatakan Kastrasi
tidak menyebabkan/mempertinggi resiko FUS pada kucing jantan.
FUS sering terjadi pada kucing jantan yang diberi makanan yang banyak mengandung garam mineral terutama magnesium. FUS dapat dihindari dengan memberikan makanan yang mempunyai kadar Magnesium rendah (Anonimous,2008).
FUS sering terjadi pada kucing jantan yang diberi makanan yang banyak mengandung garam mineral terutama magnesium. FUS dapat dihindari dengan memberikan makanan yang mempunyai kadar Magnesium rendah (Anonimous,2008).
Tekhnik
Operasi Kastrasi/Orchidektomi
Persiapan
Pra Operasi
Sebelum operasi Anjing dipuasakan untuk
mengosongkan lambung (selama 8-12 jam) guna mencegah terjadinya muntah pada
saat pemberian anastesi.
Persiapan
Ruangan, Alat dan Bahan serta Obat-obatan
Sebelum
operasi, ruangan operasi harus bersih, peralatan yang dibutuhkan harus
disterilisasi, bahan-bahan dan obat-oabatan harus telah tersedia.
Alat
yang digunakan yaitu, spuit 1 ml dan 3 ml, handle scapel, alli’s forceps,
gunting lurus dan bengkok, pincet anatomis dan sirrurgis, mosquito forceps,
needle holder, duk klem, serta jarum bulat dan segitiga.
Bahan-bahan
yang digunakan yaitu, benang cut gut, chromic dan nilon, tampon steril, dook
steril, alkohol 70%, iodium tintur 3%. Obat premedikasi yang digunakan atropin,
dan anestesi umum digunakan adalah ketamin dan xylazin, antibiotik yang
digunakan procaine penisilin, salap SWAT serta obat supportif (vitamin B).
Premedikasi
dan anestesi
Premedikasi
yang digunakan adalah atropin atau sejenisnya dengan dosis disesuaikan dengan
BB secara Sub Cutan (SC), setelah 10-15 menit diberikan anastesi umum.
Teknik
operasi
Hewan
diletakkan dengan posisi dorsal rekumbensi diatas meja operasi, cukur bulu
daerah kranial skrotum dan didesinfektan dengan alkohol 73% dan yodium tinktur
3%. Daerah operasi ditutup dengan kain steril (dook steril) berlubang. Skrotum
di tonjolkan keluar. Panjang Incisi kulit pada daerah kranial skrotum
seperlunya menembus kulit dan jaringan subkutan menuju funiculus spermatikus, incisi secara hati-hati tunica
vagilanalis sampai terlihat testis kemudian testis didorong keluar dari skrotum lemak-lemak yang menempel pada
penggantung testis kemudian diligasi pembuluh darah yang menuju testis hingga
darah benar-benar sehingga suplai darah ketestis tidak ada lagi, kemudian pada
bagian atas penggantung testis dijepit dengan menggunakan mosquito forcep.
Selanjutnya dipotong pada bagian ujung dari penggantung testis yang sudah
diligasi dengan menggunakan scalpel. Mosquito forcep dilepaskan perlahan-lahan
jika terjadi pendarahan maka diligasi kembali. Kedua testis dipotong dengan
perlakuan sama. Selanjutnya tunica vaginalis dijahit dengan catgut
cromik 000, kulit ditutup dengan jahitan pola simple interupted dengan benang nilon. Bekas operasi di
semprotkan dengan prokain penisilinoil G dan juga di injeksi dengan prokain
penisilin oil secara IM dengan dosis 20.000-40.000 U/g dan injeksi vitamin
B-komplek secara IM serta dan pada bekas luka dioleskan salap SWAT dan WONDER DUST setiap hari.
2. Proses penyayatan kulit dilakukan
dengan hati-hati menggunakan silet operasi khusus yang sangat tajam untuk
memastikan sayatan kulit yang bersih dan rapi, kurang lebih sekitar 5 cm.
3. Proses pengeluaran kedua testis anjing.
5. Besar testis anjing sekitar 3 cm.
6. Setelah testis berhasil diangkat,
dokter akan menggunakan benang operasi khusus dan menjahit area yang terbuka
tadi.
8. Kemudian ditutup plester untuk memastikan supaya
area tersebut tetap bersih dan tidak mudah digigit/digaruk anjing.
9. Anjing dipakaikan elizabeth collar
untuk mengamankan luka operasi dari gigitan anjing.
Ctt: Seluruh proses operasi kastrasi berjalan sekitar 30
menit, dan kastrasi tergolong operasi ringan sehingga anjing jantan dapat
segera bermain ringan dalam 2 hari, tanpa meninggalkan segala bentuk proteksi
terhadap luka dari gigitan/garukan anjing sampai luka benar-benar sembuh total.
Perawatan
Pasca Operasi
Pasien
yang telah dioperasi ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering. Luka
operasi tersebutdijaga dan dikontrolkebersihan dan kesembuhannya. Diperiksa
secara kontinyu selama 3-5 hari dengan memberikan antibiotik. Pemberian
obat-obat sportif seperti vitamin B-komplek dapat dilakukan selama 3 hari
berturut-turut. Jahitan luka biasanya dibuka setelah kering dan benar-benar
tertutup. Pasien tersebut harus dikontrol dengan baik perawatan kesehatan
maupun makanannya.
KESIMPULAN
Kastrasi/Orchidektomi merupakan sebuah prosedur
operasi/bedah dengan tujuan membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan
jantan dalam keadaan tidak sadar (terbius umum). hewan yang akan dikastrasi
harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar hewan dikastrasi ketika berumur
sekitar 5-8 bulan. Kastrasi juga bisa dilakukan pada hewan-hewan yang lebih
tua. Tergantung umur hewan, beberapa tes seperti X-ray, tes darah & urin
bisa dilakukan untuk memastikan seekor hewan layak dioperasi atau tidak.
Banyak keuntungan dari tindakan mengkastrasi hewan jantan
lebih awal (sebelum masa puber). Resikonya timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan
dengan hormon testosteron yang dihasilkan testis dapat diperkecil dengan
tindakan kastrasi diantaranya:
1. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan
2. Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain.
3. Spraying/Urine marking
4. Tidak Suka Berkeliaran
5. Lebih Jarang Terluka
6. Peningkatan Genetik
7. Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat
8. Cenderung Lebih Manja
Sedangkan kerugian yang ditimbulkan setelah
kastrasi adalah :
1. Obesitas/kegemukan
1. Obesitas/kegemukan
2. Feline Urinary Syndrome (FUS)
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indofamilypets.com/index.php?option=com_content&task=view&id=581&Itemid=63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar