Rabu, 21 Agustus 2013

KASTRASI PADA ANJING

Latar Belakang
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan. Testosteron adalah hormon kelamin jantan. Hormon ini mempengaruhi banyak pola-pola perilaku pada hewan jantan. Salah satu perilaku yang banyak dipengaruhi hormon testosteron adalah perilaku agresi. Setelah kastrasi/neuter, perilaku ini cenderung berkurang banyak (Anonimous,2007) .
Sebenarnya istilah kastrasi/neuter berarti umum, dapat digunakan pada hewan jantan dan betina. Namun dalam penggunaannya, kastrasi/neuter lebih sering merujuk pada hewan jantan. Didunia kedokteran istilah kastrasi juga sering disebut Orchidektomi yang merupakan sebuah prosedur operasi atau bedah dengan tujuan membuang testis hewan. Kastrasi/neuter ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (terbius umum) (Anonimous,2008).
Hewan yang akan kastrasi/neuter harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar hewan kastrasi/neuter ketika berumur sekitar 5-8 bulan. Para ahli perilaku hewan menyarankan mengkastrasi hewan sebelum memasuki masa puber, karena dapat mencegah munculnya sifat atau perilaku hewan yang tidak dinginkan. Kebiri/kastrasi juga bisa dilakukan pada hewan-hewan yang lebih tua. Tergantung umur hewan, beberapa tes seperti X-ray, tes darah & urin bisa dilakukan untuk memastikan seekor hewan layak dioperasi atau tidak  (Anonimous,2008).
Banyak keuntungan dari tindakan mengkebiri/mengkastrasi hewan jantan lebih awal (sebelum masa puber). Resikonya timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan hormon testosteron yang dihasilkan testis dapat diperkecil dengan tindakan kebiri/kastrasi.
Salah satu keuntungan mengkebiri/mengkastrasi hewan adalah mencegah kelahiran anak hewan yang tidak diinginkan. Selain menjaga populasi hewan tetap terkendalikan, tindakan ini juga memungkinkan pemilik hewan bisa merawat hewan-hewannya dengan maksimal (Anonimous,2008).


Anatomi Testis
            Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan, yang dibungkus dengan skrotum. Pada mamalia, testis terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan tubulus spermatikus dan terletak di dalam skrotum.
            Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Ukuran testis bergantung pada produksi sperma (banyaknya spermatogenesis), cairan intersisial, dan produksi cairan dari sel Sertoli.
            Pada umumnya, kedua testis tidak sama besar. Dapat saja salh satu terletak lebih rendah dari yang lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur anatomis pembuluh darah pada testis kiri dan kanan.
            Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin, Fungsi testis yaitu:
1.      memproduksi sperma (spermatozoa)
2.      memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.
Kerja testis di bawah pengawasan hormon gonadotropik dari kelenjar pituitari bagian anterior:
1.      luteinizing hormone (LH)
2.      follicle-stimulating hormone (FSH)

Struktur Testis
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang disebut tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak saluran yang disebut tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang sudah atau tengah berkembang.
Spermatozoa (sel benih yang sudah siap untuk diejakulasikan), akan bergerak dari tubulus menuju rete testis, duktus efferen, dan epididimis. Bila mendapat rangsangan seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air mani) akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan akhirnya, penis. Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosterone (Anonimous,2008)

ETIOLOGI

Kastrasi adalah membuang organ testis yang merupakan penghasil spermatozoa melalui proses bedah/operasi yang bersifat permanen. Kastrasi dilakukan karena beberapa hal yaitu:
1.      Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat
Tumor dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang sekali terjadi. Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon testosteron yang dihasilkan oleh testis. Tindakan kastrasi menyebabkan hewan tidak lagi menghasilkan hormon tersebut, sehingga resiko tumor dan gangguan pada prostat dapat dikurangi.
2.      Epididimitis
Yaitu suatu proses inflamasi yang terjadi pada epididimis.
3.      Torsio Testis
Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada testis.
4.      Trauma Testis
Merupakan trauma atu benturan oleh benda tajam atau tumpul yang menimbulkan pembengkakan pada skrotum disertai hematom pada skrotum dan intratestikular dan berbagai macam derajat ekimosis pada dinding skrotum.
5.      Mengontrol populasi dari hewan dan mencegah penularan penyakit rabies.
6.      Keinginan dari pemilik
Biasanya untuk hewan peliharaan seperti kambing kastrasi dilakukan untuk mendukung proses penggemukan (Anonimous,2008).


Keuntungan dan Kerugian kastrasi
1.    Keuntungan dari kastrasi
Banyak keuntungan dari tindakan mengkebiri hewan jantan lebih awal (sebelum masa puber). Resikonya timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan hormon testosteron yang dihasilkan testis dapat diperkecil dengan tindakan kastrasi. Keuntungan yang lain adalah:
a.       Spraying/Urine marking
Spraying/urine marking adalah salah satu perilaku alami hewan jantan yang tidak di kastrasi. Sebagian besar perilaku ini hilang setelah hewan di kastrasi.

b.      Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat
Tumor dan gangguan prostat lebih sering terjadi pada anjing, pada kucing jarang sekali terjadi. Sebagian besar gangguan pada prostat berhubungan dengan hormon testosteron  yang dihasilkan oleh testis. Tindakan kebiri menyebabkan hewan tidak lagi menghasilkan hormon tersebut, sehingga resiko tumor dan gangguan pada prostat dapat dikurangi.

c.       Peningkatan Genetik
Beberapa hewan dikastrasi karena mempunyai/membawa cacat genetik. Diharapkan hewan-hewan cacat tersebut tidak dapat lagi berkembang biak, sehingga jumlah hewan-hewan cacat dapat dikurangi.

d.      Tidak Suka Berkeliaran
Kucing betina yang sedang birahi mengeluarkan feromon yang dapat menyebar melalui udara. Feromon ini dapat mencapai daerah yang cukup jauh. Kucing jantan dapat mengetahui dimana letak kucing betina yang sedang birahi melalui feromon ini, lalu kemudian mencari dan mendatangi sang betina meskipun jaraknya cukup jauh. Kucing jantan yang telah dikebiri cenderung tidak bereaksi terhadap feromon ini dan lebih suka diam di dalam rumah.

e.       Kurang Agresif Terhadap Hewan Lain.
Testosteron adalah hormon kelamin jantan. Hormon ini mempengaruhi banyak pola-pola perilaku pada hewan jantan. Salah satu perilaku yang banyak dipengaruhi hormon testosteron adalah perilaku agresi. Setelah kastrasi, perilaku ini cenderung berkurang banyak.

f.       Mencegah Kelahiran Anak Hewan Yang Tidak Diinginkan
Salah satu keuntungan mengkastrasi hewan adalah mencegah kelahiran anak hewan yang tidak diinginkan. Selain menjaga populasi hewan tetap terkendalikan, tindakan ini juga memungkinkan pemilik hewan bisa merawat hewan-hewannya dengan maksimal.

2.    Kerugian Kastrasi
a.      Obesitas/kegemukan
Perubahan metabolisme hormon  setelah kastrasi menyebabkan hewan tidak lagi agresif dan lebih suka diam/tidur. Akibat yang sering terjadi setelah kastrasi adalah kegendutan/obesitas. Masalah ini bisa dicegah dengan mengontrol diet dan sering mengajak hewan bermain.
b.      Feline Urinary Syndrome (FUS)
FUS adalah kumpulan berbagai gejala penyakit pada kucing berupa gangguan proses kencing/urinasi pada kucing. Beberapa penelitian di AS menyatakan Kastrasi tidak menyebabkan/mempertinggi resiko FUS pada kucing jantan.
FUS sering terjadi pada kucing jantan yang diberi makanan yang banyak mengandung garam mineral terutama magnesium. FUS dapat dihindari dengan memberikan makanan yang mempunyai kadar Magnesium rendah (Anonimous,2008).

Tekhnik Operasi Kastrasi/Orchidektomi
Persiapan Pra Operasi
             Sebelum operasi Anjing dipuasakan untuk mengosongkan lambung (selama 8-12 jam) guna mencegah terjadinya muntah pada saat pemberian anastesi.

Persiapan Ruangan, Alat dan Bahan serta Obat-obatan
            Sebelum operasi, ruangan operasi harus bersih, peralatan yang dibutuhkan harus disterilisasi, bahan-bahan dan obat-oabatan harus telah tersedia.
            Alat yang digunakan yaitu, spuit 1 ml dan 3 ml, handle scapel, alli’s forceps, gunting lurus dan bengkok, pincet anatomis dan sirrurgis, mosquito forceps, needle holder, duk klem, serta jarum bulat dan segitiga.
            Bahan-bahan yang digunakan yaitu, benang cut gut, chromic dan nilon, tampon steril, dook steril, alkohol 70%, iodium tintur 3%. Obat premedikasi yang digunakan atropin, dan anestesi umum digunakan adalah ketamin dan xylazin, antibiotik yang digunakan procaine penisilin, salap SWAT serta obat supportif (vitamin B).

Premedikasi dan anestesi
            Premedikasi yang digunakan adalah atropin atau sejenisnya dengan dosis disesuaikan dengan BB secara Sub Cutan (SC), setelah 10-15 menit diberikan anastesi umum.

Teknik operasi
            Hewan diletakkan dengan posisi dorsal rekumbensi diatas meja operasi, cukur bulu daerah kranial skrotum dan didesinfektan dengan alkohol 73% dan yodium tinktur 3%. Daerah operasi ditutup dengan kain steril (dook steril) berlubang. Skrotum di tonjolkan keluar. Panjang Incisi kulit pada daerah kranial skrotum seperlunya menembus kulit dan jaringan subkutan menuju funiculus spermatikus, incisi secara hati-hati  tunica vagilanalis sampai terlihat testis kemudian testis didorong keluar dari skrotum lemak-lemak yang menempel pada penggantung testis kemudian diligasi pembuluh darah yang menuju testis hingga darah benar-benar sehingga suplai darah ketestis tidak ada lagi, kemudian pada bagian atas penggantung testis dijepit dengan menggunakan mosquito forcep. Selanjutnya dipotong pada bagian ujung dari penggantung testis yang sudah diligasi dengan menggunakan scalpel. Mosquito forcep dilepaskan perlahan-lahan jika terjadi pendarahan maka diligasi kembali. Kedua testis dipotong dengan perlakuan sama. Selanjutnya tunica vaginalis dijahit dengan catgut cromik 000, kulit ditutup dengan jahitan pola simple interupted  dengan benang nilon. Bekas operasi di semprotkan dengan prokain penisilinoil G dan juga di injeksi dengan prokain penisilin oil secara IM dengan dosis 20.000-40.000 U/g dan injeksi vitamin B-komplek secara IM serta dan pada bekas luka dioleskan salap SWAT dan WONDER DUST setiap hari.

PROSES KASTRASI ANJING JANTAN






1. Anjing yang sudah dibius dan dicukur pada area yang akan dioperasi, diposisikan diatas meja operasi. Dokter akan mensterilisasi tangan dan alat-alat operasi yang akan digunakan , serta mengenakan sarung tangan untuk memastikan kebersihan seluruh proses operasi.




2.    Proses penyayatan kulit dilakukan dengan hati-hati menggunakan silet operasi khusus yang sangat tajam untuk memastikan sayatan kulit yang bersih dan rapi, kurang lebih sekitar 5 cm.









3. Proses pengeluaran kedua testis anjing.




4.    Pemotongan testis pada salurannya. Saluran diikat dengan benang khusus sebelum dipotong.





5.    Besar testis anjing sekitar 3 cm.





6.    Setelah testis berhasil diangkat, dokter akan menggunakan benang operasi khusus dan menjahit area yang terbuka tadi.






7.    Setelah dijahit rapi, area tersebut akan ditutupi kain kasa.





8.  Kemudian ditutup plester untuk memastikan supaya area tersebut tetap bersih dan tidak mudah digigit/digaruk anjing.




9.    Anjing dipakaikan elizabeth collar untuk mengamankan luka operasi dari gigitan anjing.
Ctt: Seluruh proses operasi kastrasi berjalan sekitar 30 menit, dan  kastrasi tergolong operasi ringan sehingga anjing jantan dapat segera bermain ringan dalam 2 hari, tanpa meninggalkan segala bentuk proteksi terhadap luka dari gigitan/garukan anjing sampai luka benar-benar sembuh total.

Perawatan Pasca Operasi
            Pasien yang telah dioperasi ditempatkan dalam kandang yang bersih dan kering. Luka operasi tersebutdijaga dan dikontrolkebersihan dan kesembuhannya. Diperiksa secara kontinyu selama 3-5 hari dengan memberikan antibiotik. Pemberian obat-obat sportif seperti vitamin B-komplek dapat dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Jahitan luka biasanya dibuka setelah kering dan benar-benar tertutup. Pasien tersebut harus dikontrol dengan baik perawatan kesehatan maupun makanannya.

KESIMPULAN

            Kastrasi/Orchidektomi merupakan sebuah prosedur operasi/bedah dengan tujuan membuang testis hewan. Kastrasi ini dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan tidak sadar (terbius umum). hewan yang akan dikastrasi harus dalam keadaan sehat. Sebagian besar hewan dikastrasi ketika berumur sekitar 5-8 bulan. Kastrasi juga bisa dilakukan pada hewan-hewan yang lebih tua. Tergantung umur hewan, beberapa tes seperti X-ray, tes darah & urin bisa dilakukan untuk memastikan seekor hewan layak dioperasi atau tidak.
Banyak keuntungan dari tindakan mengkastrasi hewan jantan lebih awal (sebelum masa puber). Resikonya timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan hormon testosteron yang dihasilkan testis dapat diperkecil dengan tindakan kastrasi diantaranya:
1. Mencegah Kelahiran Anak Kucing Yang Tidak Diinginkan
2. Kurang Agresif Terhadap Kucing Lain.
3. Spraying/Urine marking
4. Tidak Suka Berkeliaran
5. Lebih Jarang Terluka
6. Peningkatan Genetik
7. Mengurangi Resiko Tumor & Gangguan Prostat
8. Cenderung Lebih Manja
   Sedangkan kerugian yang ditimbulkan setelah kastrasi adalah :
1. Obesitas/kegemukan
2. Feline Urinary Syndrome (FUS)



DAFTAR PUSTAKA
http://www.indofamilypets.com/index.php?option=com_content&task=view&id=581&Itemid=63

Tidak ada komentar:

Posting Komentar